Perubahan iklim saat ini semakin terasa, hal ini dapat kita rasakan mulai dari suhu bumi yang semakin panas hingga ancaman badai tropis yang menyebabkan banjir dimana-mana. Perubahan iklim ini berdampak semakin luas di kehidupan kita.
Tidak hanya berdampak pada naiknya temperature bumi tetapi juga mengubah system iklan yang mempengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan manusia. Seperti kualitas dan kuantitas air, habitat, hutan, kesehatan, lahan pertanian hingga ekosistem wilayah pesisir.
Untuk dapat mengurangi dampak perubahan iklim, salah satu caranya dengan menerapkan gaya hidup ramah lingkungan (sustainable living) yang dapat diterapkan mulai dari aktivitas kita sehari-hari di rumah. Berikut adalah cara memulai gaya hidup sustainable dari rumah yang bisa kita terapkan:
Gaya hidup sustainable pertama yang bisa kita lakukan adalah hemat energi. Cara sederhana yang bisa kita lakukan adalah dengan mematikan lampu jika tidak digunakan, atau dengan mencabut kabel elektronik selesai digunakan. Walaupun terlihat sederhana, membiasakan perilaku hemat energy dapat berkontribusi terhadap kelangsungan sumber energy yang tidak dapat diperbaharui seperti batubara.
Cara kedua yang bisa dilakukan dalam memulai gaya hidup sustainable dari rumah ialah tidak membuang-buang makanan berlebih atau membuang-buang air berlebihan. Menurut UN Food and Agriculture Organizations (FAO), sebanyak 1,3 miliar ton makanan terbuang percuma di seluruh dunia setiap tahunnya.
Sampah makanan yang membusuk akan menghasilkan gas metan yang menjadi salah satu penyebab meningkatnya pemanasan global. Sementara itu, terlalu lama berada di kamar mandi akan menghabiskan banyak persediaan air. Terlebih jika membiarkan air terus mengalir dan memenuhi penampungan (bak) air.
Pasalnya, berhemat air merupakan wujud usaha kita dalam menjaga persediaan makanan di masa depan. Dengan begitu, hewan dan tumbuhan dapat tetap eksis dan cadangan makanan manusia pun terjaga.
Sejak tahun 2019 lalu pemerintah telah melarang penggunaan kantong plastik, hal ini untuk mengurangi volume sampah plastic yang dapat mencemari lingkungan. Untuk mengurangi sampah plastik, penggunaan tas belanja kini pun berlaku.
The National Plastic Action Partnership (NPAP) mencatatkan ada sekitar 4,8 juta ton per tahun sampah plastik di Indonesia tidak terkelola dengan baik seperti dibakar di ruang terbuka (48%), tak dikelola layak di tempat pembuangan sampah resmi (13%) dan sisanya mencemari saluran air dan laut (9%).
Sampah-sampah tersebut membuat jumlah emisi gas CO₂ terus meningkat dan menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap bumi kita, seperti kerusakan ekosistem laut, masalah kebutuhan pangan, timbulnya cuaca ekstrim, bencana alam, dan lain-lain. Untuk itu penting untuk mulai budayakan penggunaan kantong belanja ramah lingkungan —bisa digunakan berkali-kali sehingga tidak menimbulkan sampah.
Ketika memasak, seberapa banyak sampah yang Anda hasilkan? Ya, tidak hanya soal kemasan, sisa bahan makanan yang tidak kamu masak ternyata berdampak besar bagi lingkungan. Untuk itulah penting menerapkan zero-waste cooking.
Zero-waste cooking adalah gerakan memasak tanpa menghasilkan limbah. Artinya, Anda harus berupaya memasak tanpa meninggalkan limbah sesedikit mungkin atau tidak sama sekali. Meski demikian, bukan berarti kamu harus memasukkan semua bagian makanan tersebut ke dalam makanan. Misalnya saat Anda mengolah batang sayuran yang tidak digunakan, olahlah bahan tersebut jadi makanan tertentu. Kamu juga bisa mengolah sisa daging yang tidak digunakan, tulang ayam, dan sayuran menjadi kaldu untuk melezatkan masakan. Namun apabila ada bagian sayuran yang memang tidak bisa dimakan, Anda dapat menanamnya kembali.